Jumat, 29 April 2011

Charles Ludwig Dodgson


Untuk orang yang percaya tidak mungkin seseorang dapat hidup di dunia kreatif seni dan disiplin ilmu seperti matematika dan logika bersama-sama, kehidupan Charles Ludwig Dodgson adalah sebuah counterexample. Dia lebih dikenal dengan nama penanya, Lewis Carroll, melalui bukunya "Alice's Adventure in Wonderland" dan "Through the Looking Glass." Namun jarang yang mengenal bahwa Dia merupakan pengajar tetap di Oxford University sejak ia berumur delapan belas tahun hingga wafatnya. Dia juga merupakan orang pertama fotografer pada jaman Victoria.


Charles merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara, karena itu, dia sering menemani adik-adiknya dengan bermain, berpuisi, bercerita, dan menggambar hal-hal yang bisa menyenangkan. Kebiasaan ini memberikan inspirasi yang banyak baginya terutama menilik hasil kerjanya sebagai Lewis Carroll. Selain senang dengan cerita, charles muda juga sangat menyukai matematika. Saat berumur 8 tahun, dia meminta ayahnya menjelaskan buku yang berisi logaritma. Ketika ayahnya mengatakan bahwa dia masih terlalu muda untuk memahami, dia menjawab, "Tapi tolong jelaskan."

Keluarga Dodgson memiliki tradisi gereja yang kuat; Ayah Charles, kakek, dan kakek-buyutnya merupakan seorang pendeta. Mengikuti jejak keluarganya, Charles ikut di Christ Church yang terbesar dan paling terkenal di Oxford. Setelah lulus di 1854, Charles tetap di Oxford, menerima pekerjaan sebagai lektor matematika di 1855. Tetapi, pekerjaan ini berhenti sementara dia mendapat panggilan suci dari Gereja Anglican selama dia membujang. Dodgson memenuhinya dan dinamai deacon di 1861.

Pada 1856 adalah kenangan yang mempengaruhi tahun-tahun berikutnya. Charles Lutwidge membuat nama samaran dengan mentranslet dua nama depannya dalam bahasa Latin, Carolus Ludovic, dan mengtranslate balik ke inggris menjadi Lewis Carroll. Pada tahun yang sama, Dodgson memulai 'hobi'nya di Fotografi. Dia dikenal khalayak sebagai seorang artis di bidang yang masih baru ini, (fotografi ditemukan 1839). Hasil karya Dodgson banyak berisi era Victoria. Hasil karyanya melebihi 700 buah, namun karya favoritnya adalah fotografi seorang gadis belia.

Pada tahun 1856, Dodgson bertemu empat anak dekan Christ Church, yakni Harry, Lorina, Edith, dan Alice Liddell. Dia mulai rajin bertemu mereka, bercerita dan mengabadikan mereka melalui fotografi. Walau hubungan dengan mereka sangat dekat, Alice mendapat perhatian yang spesial dari Dodgson.

Pada 4 Juli 1862, saat berlibur bersama Alice dan saudaranya, Dodgson menghibur anak-anak Liddell tersebut dengan sebuah cerita tentang gadis kecil bernama Alice yang terjatuh ke lubang kelinci. Terpesona oleh ceritanya, Alice meminta Dodgson menuliskan itu untuknya. Dia memenuhinya, dan memberi judul untuk tulisan tersebut yakni Alice's Adventure Underground.

Sahabatnya mengusulkan untuk mempublikasikan manuscript terseubt, dan pada 1865, setelah proses pengeditan dan memberikan beberapa cerita tambahan, Lewis Carroll memberi Alice's Adventures in Wonderland pada Dunia. Walaupun bukunya sendiri berisi imajinasi yang tidak memiliki arti tertentu, masterpiece ini berisi banyak kajian logika dan metafora. Dodgson sendiri kemudian melanjutkan sekuel Alice dalam 'Through the Looking Glass" yang di cetak pada 1871.

Selain menulis cerita untuk anak-anak, Dodgson juga mempublikasikan berbagai essay dan teks termasuk The Fifth Book of Euclid Proved Algebraically, Formulae of Plane Trigonometry, A Guide to Mathematical Student, dan Euclid and His Modern Rivals. Dalam Logika formal, buku Dodgson yang berjudul The Game of Logic (1887) dan Symbolic Logic (1896) masih digunakan sebagai sumber inspirasi di berbagai sekolah di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar